Gelar Diskusi, UPS Gaungkan Moderasi Beragama melalui Literasi Sastra
Tegal, Senin 11 Desember 2023
Universitas Pancasakti Tegal menggelar diskusi Literasi Sastra dan Moderasi
Beragama. Kegiatan ini
dilakukan secara offline di gedung aula yayasan dengan 100 lebih peserta, mulai
dari seniman, sastrawan, mahasiswa, penggiat literasi, tokoh masyarakat dari 6
agama yang tergabung dalam Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Tegal,
dari agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Chu . Pembicara
dalam Kegiatan ini Prof. Dr KH Abdul Wachid BS. S.S.,M.Hum ( Sastrawan Nasional
, Ulama dan Guru Besar UIN Saefudin Zuhri Purwokerto) dan Drs Atmo Nan Sidik
(Budayawan). Sedangkan Keynote speaker/ Pembicara Kunci Rektor Universitas
Pancasakti Tegal Dr Taufiqulloh M.Hum.
Dalam sambutanya Sekertaris YPP Dr Suyono M.Si menyampaikan’’acara ini
berangkat dari kejujuran budaya dan agama untuk menciptakan perdamaian sosial. Kami
mendukung penuh dan berharap budaya Tegalan bisa menjadi salah satu keunggulan
dan mercusuarnya UPS”
Rektor Universitas Pancasakti Tegal memaparkan” Pentingnya Pendidikan
Multikultural dalam moderasi beragama lintas budaya, serta pentingnya toleransi
beragama dalam meningkatkan pendidikan moderasi beragama yang berkolaborasi
dengan MBKM. Dengan adanya Moderasi beragama kita dapat memahami budaya orang
lain. Kita berkomitmen menjaga toleransi dan berkompromi dengan perbedaan.”
”Pentingnya Pendidikan Moderasi Beragama, dimana untuk mencegah gerakan
radikalisme yang anti demokrasi dan anti Pancasila. Kampus harus bebas dari
radikalisme karena kampus adalah dunia bebas, bebas untuk berpendapat dan
berfikir dan beragama.”tambahnya
Prof Dr KH Abdul Wachid BS M.Hum memaparkan ” Moderasi
Beragama melalui Literasi Sastra Indonesia di Pondok Pesantren”.
Beliau menyampaikan” Kontribusi sastra Indonesia dalam memperkuat praktik moderasi beragama di pesantren adalah sebagai berikut.
Pertama, sastra Indonesia memperluas perspektif tentang agama dengan
menyajikan cerita dan tokoh dari berbagai latar belakang agama. Kedua, sastra Indonesia mencitrakan kehidupan beragama
yang moderat dengan menggambarkan karakter-karakter yang menghargai perbedaan
dan mendorong dialog antarumat beragama. Ketiga, sastra Indonesia mendorong empati dan pemahaman
antarbudaya dengan mengangkat isu-isu kehidupan yang kompleks. Keempat, sastra Indonesia menggali nilai-nilai agama dengan
pendekatan budaya, sehingga santri dapat memahami penerapan nilai-nilai agama
dalam kehidupan nyata. Kelima, melalui prosa dan puisi, sastra Indonesia menginspirasi dan mendorong
refleksi diri santri dalam memahami praktik moderasi beragama.”
Dalam forum itu, juga dikaji tentang sastra profetik yang merupakan pemikiran dari Prof.
Dr. Kuntowijoyo. Yang pada intinya, sastra profetik merujuk pada pemahaman dan
penafsiran kitab-kitab suci atas realitas dan memilih epistemologi
strukturalisme transendental. Epistemologi itu disebut strukturalisme
transendental karena kitab-kitab suci itu transendental, sebab merupakan wahyu
dari Yang Maha “Transenden”, yang abadi. Kitab-kitab suci juga transendental
melampaui zamannya, sebab meskipun sudah tua umurnya, tapi masih dipergunakan
sebagai petunjuk bagi orang-orang yang beriman.