Tegal
— Di antara ribuan wajah penuh kebanggaan yang memenuhi Auditorium Darijoen Senoatmodjo Universitas
Pancasakti Tegal (UPS) pada 27 September 2025, satu sosok menonjolkan makna
perjuangan yang sesungguhnya. Dialah Muhamad Alfarizi Ananta, seorang wisudawan
dari Program Studi Teknik Mesin, yang perjalanannya mengukir narasi inspiratif
tentang ketekunan, pengorbanan, perjuangan dan mimpi yang tak pernah padam.
Pada
momen sakral Sidang Senat Terbuka Wisuda Magister ke 19, Sarjana ke-74 dan
Diploma Tiga ke-47, Muhamad Alfarizi berjalan di karpet merah, bukan hanya
sebagai wisudawan, melainkan sebagai simbol nyata dari semua keringat yang
telah ia tumpahkan. Langkahnya diiringi oleh kedua orang tuanya, sepasang mata
yang menyaksikan setiap lelah, setiap doa, dan setiap tetes keringat yang
mengalir demi cita-cita. Saat rektor menyerahkan piagam penghargaan dan
karangan bunga, tepukan di pundak yang ia terima seolah menjadi pengakuan atas
jalan terjal yang telah dilalui.
Sebelum
momen indah itu tiba, kehidupan Alfarizi jauh dari gemerlap panggung wisuda.
Pagi hingga siang hari, tangannya mendorong gerobak dagangannya, menjajakan
somay di bawah terik matahari. Sebuah pekerjaan yang menuntut fisik, namun ia
jalani dengan ikhlas demi mengumpulkan biaya kuliah dan membantu keluarganya.
Malam hari, saat sebagian orang beristirahat, ia justru membuka buku-buku
tebal, menelaah materi kuliah, dan mempersiapkan diri untuk masa depan.
Perjuangan ini adalah cerminan tekadnya yang kuat untuk tidak menyerah pada
keterbatasan.
Namun,
kisah Alfarizi tidak berhenti di panggung wisuda. Momen penerimaan ijazah
hanyalah awal dari babak baru yang lebih mulia. Sebuah video yang merekam
perjalanannya mengungkapkan kejutan yang mengharukan. Setelah berhasil lulus
dari Universitas Pancasakti Tegal, ia tidak melangkah ke dunia profesional
biasa, melainkan kembali ke tempat di mana mimpinya dimulai di SMK Puspo Negoro
01 Brebes.
Kini,
bukan lagi sebagai seorang murid, Alfarizi berdiri di depan kelas sebagai
seorang guru. Narasi dalam video tersebut dengan indahnya merangkum filosofi
hidupnya: “Mimpi... tidak berhenti di panggung wisuda. Dari seorang penjual
somay, kini ia menjadi seorang guru yang menginspirasi generasi baru.”
Kisah
Muhamad Alfarizi Ananta adalah bukti nyata bahwa kesuksesan bukanlah tentang di
mana kita memulai, tetapi seberapa kuat kita bertahan untuk mencapai tujuan. Ia
telah membuktikan bahwa gerobak dorong bisa menjadi batu loncatan menuju podium
kehormatan, dan bahwa perjuangan yang diiringi doa akan
selalu berbuah manis.